belajar-bahasa-inggris-ala-orang-dewasa---nonton-dan-dengar-lagu-barat-dulu-baru-bisa-ngomong_92.jpg

BELAJAR BAHASA INGGRIS ALA ORANG DEWASA; NONTON DAN DENGAR LAGU BARAT DULU BARU BISA NGOMONG!

“If he can do it, so can I”.  Kenapa tidak? Ucapan ini mejadi pendorong penggagas “Student English Club (SEC)” Universitas Pembangunan Panca Budi yang di faslitasi LPPro. Belajar bahasa inggris tidak lagi gaya konvensional, LPPro mengajak mahasiswa UNPAB belajar bahasa inggris dengan model mendengar, melihat dan menirunya kembali secara perlahan-lahan. Hasil penelitian membuktikan bahwa pengulangan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam tempo yang lebih lambat akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. mahasiswa harus mendapatkan materi dengan pengulangan hingga belasan kali. Dengan pengulangan tersebut, maka terbentuklah memori jangka panjang. Demikian yang dikatakan oleh Efrizal Adil, SE., MA (Kepala LPPro UNPAB Medan).

Kemudian Efrizal menjelaskan bahwa tiga hal utama yang menjadi pedoman program SEC UNPAB ini, seperti mengasah kemampuan mendengaran, mempertajam kemampuan menulis, dan senantiasa melakukan pengulangan. Ketiga ini diramu dalam metode belajar ala orang dewasa, yaitu perolehan pengetahuan melalui observasi dan studi yang menimbulkan perubahan pada sikap dan atau perilaku. Beginilah belajar ala orang dewasa. Mahasiswa bagian dari metode belajar orang dewasa. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kerangka belajar adalah dengan pendekatan pencapaian pengetahuan dan ketrampilan pada kompetensi tingkat tertentu. Semakin mengarah pada penguasaan optimal kompetensi bawah sadar menjadi semakin mantap kompetensinya. LPPro menerapkan metode belajar bahasa inggris pada SEC ini seperti skema dibawah ini :

lppro 2 photo lpproBELAJARBAHASAINGGRIS2.jpg

 

Selain memperoleh sumber pengetahuan dari mendengar, melihat dan menirukan kembali lagu-lagu dan cerita film berbahasa inggris, kegiatan ini juga mendatangkan narasumber tamu, bisa dari kalangan internal maupun diluar kalangan UNPAB. Sebagai fasilitator LPPro dibantu oleh dosen-dosen yang menyediakan dirinya untuk menjadi fasilitator dalam program SEC ini.

Selalu menjadi pegangan bagi penggagas SEC adalah ungkapan bapak Dr. H. Muhammad Isa Indrawan, SE., MM., Rektor UNPAB Medan adalah “Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat menjelang pemberlakuan pasar bebas Asean pada akhir 2015 mendatang. Ini akan mempengaruhi banyak orang, terutama pekerja yang berkecimpung pada sektor keahlian khusus”.

Para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah Sumatera Utara sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.

Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Lebih lanjut Rektor, menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya perekrutan tenaga kerja asing. “MEA akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya." 

Rektor mengakui ada kekhawatiran karena banyak pekerja muda atau mahasiswa yang belum menyadari adanya kompetisi yang semakin ketat. "Selain kemampuan Bahasa Inggris yang kurang, kesiapan mereka juga sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum siap kalau mereka bersaing dengan pengacara, teknisi, manajer, akuntan luar negeri."  Namun demikian Rektor juga mengatakan bahwa peluang bekerja diluar negeri semakin luas dan memungkinkan kita untuk meraihnya.

Hasil penelitian ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional pada masa MEA akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta. Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja karena kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi. Peran LPPro kedepannya harus mampu memikirkan dan melaksanakan mimpi besar yang harus dilaksanakan ini.

Berita Lainnya