Medan, (Analisa). Hujan deras yang mengguyur Kota Medan menyebabkan tiga kecamatan dilanda banjir yakni Kecamatan Medan Johor, Medan Polonia dan Medan Baru. Sebanyak 1.979 warga harus mengungsi akibat luapan Sungai Babura dan Sungai Deli, Selasa (15/10).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kota Medan Hannalore Simanjuntak menyebutkan, Kecamatan Medan Baru yang paling parah tertimpa bencana ini, yaitu empat kelurahan terendam air: Kelurahan Petisah Hulu, Padang Bulan, Titi Rantai dan Darat.
Kecamatan Medan Johor hanya satu kelurahan yang terendam banjir yakni Kwala Bekala. Sementara itu di Kecamatan Medan Polonia di Jalan Cipto dan Kampung Anggrung. “Ada sekitar 1.979 warga dari 665 KK harus mengungsi akibat banjir kali ini,” ujar Hanna kepada wartawan.
Dikatakan Hanna, pihak kecamatan sudah mengevakuasi bersama warga dan memberikan bantuan konsumsi makanan, selanjutnya mendirikan dapur umum dan posko kesehatan. “Untuk langkah awal sudah dilakukan penanganan yakni mencirikan bantuan dan dapur umum,” sebutnya.
Banjir Kiriman
Saat meninjau banjir di Gang Dipanegara, Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Medan, Dzulmi Eldin mengatakan, banjir yang melanda kawasan pemukiman warga merupakan banjir kiriman dari gunung sehingga Sungai Babura dan Sungai Deli meluap. Untuk itu, Pemko Medan telah berkoordinasi dengan Balai Besar Sungai untuk menormalisasi sungai. “Tak ada cara lain untuk mengatasi banjir seperti ini kecuali menormalisasi sungai,“ kata Eldin.
Dikatakan, Pemko Medan sendiri sudah memrogramkan Rusunawa bagi warga yang bermukim di pinggiran sungai karena warga yang bermukim di pinggiran sungai ini kerap mengalami banjir namun rencana Pemko ini sendiri selalu kandas karena tak adanya keinginan warga. “Perlu keikhlasan dari masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai untuk dipindahkan ke Rusunawa yang bakal di Pemko Medan,” ucapnya.
Usulkan Relokasi
Usai salat Idul Adha di Lapangan Merdeka, Gubernur Sumatera Utara, Ir H Gatot Pujo Nugroho mengusulkan agar warga yang tinggal di pinggiran daerah aliran sungai (DAS) mau direlokasi. “Di belakang Cambridge ditemukan banyak perumahan yang masuk ke wilayah bantaran sungai makanya yang terbaik adalah segera direlokasi,” kata Gatot kepada wartawan menanggapi banjir yang melanda warga di bantaran Sungai Deli dan Babura.
Gubsu mengakui dirinya sudah berdiskusi dengan Plt Walikota Medan. Dari diskusi tersebut Plt Walikota mengakui sudah memiliki program untuk relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai. Selain itu, lanjut Gubsu tentunya harus ada kesadaran kolektif sendiri dari warga yang tinggal di bantaran sungai.
“Sekarang ini tidak bisa dipungkiri dan tidak dapat dihindari warga yang tinggal di bantaran sungai seperti di Kampung Aur sangat riskan dan masyarakat menyadari kalau banjir datang pasti pemukiman mereka terendam. Maka solusinya, masyarakat harus pindah,” ujar Gatot.
Menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), idenya sudah ada dan pernah dilontarkan ketika salah seorang putra asli di daerah Kampung Aur yang ada di salah satu kementerian mengusulkan dibangun rumah susun (Rusun), tapi masyarakatnya yang tidak mau. Barangkali yang perlu dilakukan adalah membuat penyadaran bagi masyarakat sehingga Kota Medan menjadi kota yang madani dan berperadaban termasuk aspek penataan lahan harus menjadi bagian penting.
Tindak Tegas
Sejumlah warga yang menjadi korban banjir khususnya yang tinggal di Lingkungan VII, Kelurahan Petisah Tengah, meminta Pemko Medan untuk menindak tegas para pengembang nakal khususnya yang mempersempit aliran sungai.
“Harapan kami Pemko tegas terhadap pengembang nakal yang mempersempit aliran sungai. Lihat saja ada bibir sungai dibeton persis di seberang masjid Ubudiyah Jalan Kejaksaan. Kami minta agar dibongkar karena jelas dampaknya aliran sungai jadi sempit,” ujar Rahmatsah mewakili Aliansi Warga Peduli Sungai yang juga warga Lingkungan VII, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah.
Rahmatsah mengaku, dirinya dan beberapa warga telah observasi ke lapangan ternyata banjir yang melanda Kota Medan tidak hanya karena banjir kiriman tapi lebih karena aliran sungai sudah terjadi penyempitan sehingga diperlukan tindakan tegas terhadap para pengembang yang nakal.
Menurutnya, akibat banjir yang melanda, warga menjadi tidak bisa merayakan Hari Raya Idul Adha karena sebagian warga yang rumahnya terendam terpaksa mengungsi. “Biasanya kami melaksanakan pemotongan hewan kurban di halaman masjid tapi karena halaman terendam terpaksa hewan kurban sementara diungsikan, dan pemotongan dilakukan sampai banjir sedikit reda,” katanya.
Juned mengaku terpaksa mengungsi dan tidak bisa melaksanakan salat Idul Adha karena rumahnya terendam. Dia bersama warga lain mengevakuasi korban banjir yang masih bayi dan anak-anak.
Budi, warga yang tinggal di dekat Masjid Ubudiyah juga terpaksa mengungsi. Menurutnya, banjir mulai menggenangi rumahnya sekira pukul 24.00 WIB. Banjir baru menggenangi hingga satu meter lebih sekira pukul 04.00 WIB. Dia terpaksa memindahkan barang-barangnya ke halaman masjid.
Sementara sejumlah warga yang memiliki sanak saudara di daerah bantaran sungai mengakui silaturahminya terhambat. Hal ini dirasakan Arman bersama dua anaknya. Dirinya mengaku tak bisa bersilaturahmi dengan saudaranya yang tinggal di Lingkungan IV, Kelurahan Aur karena rumah terendam air.
“Saya menunggu di pinggir Jalan Suprapto ini aja dulu Bang, mau masuk tidak bisa karena banjir,” ucap Arman.
Tidak hanya dirinya, seorang pemuda juga mengaku tak bisa mendatangi rumah pacarnya karena rumahnya juga turut terendam.
Kurban Ditunda
Salah seorang warga di Jalan Jamin Ginting, Gang Dipanegara, Padang Bulang, Ani menyebutkan, ini sudah sering terjadi. Dirinya dan warga lain menunggu langkah atau tindakan konkrit Pemko Medan untuk menanggulangi banjir. Bukan hanya terendam banjir, penyembelihan hewan kurban juga terpaksa ditunda karena tidak adanya lokasi penyembelihan, selain itu sebagian besar dapur warga juga masih terendam air. “ Tak jadi hari ini keluarga kami masak daging rendang karena banjir,“ katanya.
Pantauan Analisa, banjir yang melanda Kota Medan tidak hanya mengenai warga di pinggiran DAS Deli tetapi juga di bantaran Sungai Babura. Akibatnya ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Warga mengaku Pemko Medan kurang peduli memberikan bantuan sehingga untuk mengurangi beban mereka terpaksa membuat posko sendiri dan meminta sumbangan kepada pengguna jalan yang melintas. (maf)
Sumber: Harian Analisa Medan
Berita Lainnya
Pengumuman
Galeri Fakultas
Galeri Universitas
tags
- akuntansi
- beasiswa
- browser
- buku
- dikti
- ekonomi
- filsafat
- gemilang prestasi
- hukum
- islam
- jurnal
- kerjasama
- kesehatan
- komputer
- lanskap
- loker
- lomba
- lppm
- lppro
- magister
- manajemen
- metafisika
- olahraga
- pelatihan
- pengumuman
- pertanian
- peternakan
- pustaka
- seminar
- sepakbola
- sosial
- teknik
- ukm
- unpab
- wisuda