wirausaha-jadi-pilihan_37.jpg

Sejumlah mahasiswa telah merasakan manfaat program pembinaan yang dijalankan Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB) Medan dalam mengembangkan minat berwirausaha. Kini mereka bertekad akan melanjutkan usaha itu sebagai alternatif pekerjaan.

Dian Putri Mandasari mahasiswi Fakultas Hukum semester VII  ini mengaku, awalnya hanya iseng mengolah biji cempedak atau biasa dikenal dengan sebutan beton menjadi keripik. Tapi siapa sangka kreasi itu mengantarkan dia meraih bantuan dari kementrian perindustriandalam program wirausahaan.

Dian menduduki posisi lima nasional dari ribuan peserta yang mendaftar program tersebut dalam bidang pengolahan pangan. “Awalnya iseng-iseng saja ikut. Tapi, Alhamdulillah bisa lolos hingga tingkat nasional,”ujar perempuan kelahiran 22 Mei 1986, baru-baru ini.

Alas an Dian membuat produk makanan olahan ini lantaran belum ada ditemukan di kota Medan. Selain itu, bahan bakunya murah dan mudah didapat. “Selama ini, makanan olahan dari buah nangka baru dagingnya saja yang pernah dibuat keripik, sedangkan bijinya kebanyakan dibuang. Kalaupun dijadikan makanan, paling hanya direbus. Nah, saya berpikiran pasti enak kalau digoreng, seperti emping. Makanya, saya beri nama Keripik Beton,”bebernya.

Selama mengembangkan usaha itu, Dian mendapat tawaran pasar cukup menjanjikan . tentunya agar berhasil dan sukses, harus dilakukan dengan tekun dan kerja keras.”Kalau seandainya nanti lulus dan belum dapat kerja, paling tidak saya sudah dapat penghasilan dari bisnis ini,”ungkapnya.

Sejatinya, keinginan berwirausaha suda ada dalam pikiran Dian sebelum ikut program tersebut. Dian sangat ingin membuka warung bakso atau kafetaria. Hanya hingga kini belum terealisasi karena keterbatasan modal.

Hal serupa dikatakan mahasiswi Fakultas Ekonomi semester VII Masthura yang mendapatkan bantuan dalam program Mahasiswa Wirausaha dari Kopertis Wilayah I A Sumu-Aceh dalam bidang menjahit dan mendesain. Walau tidak besar, bantuan yang diberikan sangat membantu memperkuat usaha pakaian yang dinamainya Feroza.”Awalnya usaha ini dulu ibu saya yang jalankan. Lalu, setelah itu tutup saat dia menikah, dan kini saya coba jalankan lagi,”ucapnya.

Walaupun masih dengan gerai berada di rumah, namun Masthura berkeinginan ke depan akan memiliki took atau otlet yang lebih baik. Saat ini dia terus menciptakan berbagai desain, berupa gaun, baju kebaya dan lainnya.

Menurut dia, pembinaan kampus dalam melancarkan wirausahanya sangat bermanfaat. Selain memberi masukan dan ide, juga membantu dalam memasarkan produk tersebut melalui event-event dan bazaar yang diseelenggarakan, baik di kampus maupun di luar kampus. (dikutip dari harian sindo tanggal 20 April 2013, Suharmansyah)/@r_7

Berita Lainnya