dari-kelas-ke-bisnis-_44.jpg

Belajar wirausaha ternyata sangat mudah dan sangat nikmat karena dapat uang bisa beli apa yang saya maukan, demikian yang dikatakan Nonie Fadilah, mahasiswa semester 3 Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Panca Budi.

Pernyataan ini disampaikan dalam diskusi kelompok dalam pelajaran Kewirausahaan, dimana setiap anggota kelompok yang mencoba usaha bersama menyatakan pendapatnya, seperti  kelompok Freindly Company, demikian mereka menamakan kelompok usahanya menyatakan, “Berusaha mencari atau mengumpulkan dana kembali, sebab kami gagal, kami harus lebih ekstra saat menawarkan produknya, hambatan kami adalah kurangnya minat pembeli”. Lain lagi dengan kelompok Powjer Juice; ”produk yang kami jual cukup memuaskan baik itu dari pihak kami sendiri maupun pihak pelanggan, tidak ada komentar negative atau mengecewakan terhadap produk yang kami jual”. Demikian yang dikatakan Muhammad Ryan Wiranata mewakili kawan-kawannya di kelompok Powjer Juice.

Ada lagi pendapat dari kelompok usaha Kripik Jinggo, “hambatan penjualan yang susah karena banyak saingan keripik yang lainnya, dan kurang kompak dan aktif anggota kelompok berpartisipasi”. Demikian keluhan mereka terhadap apa yang telah dijalankannya. Kemudian kelompok usaha Nasi Goreng Satan, “kalau kami mendapatkan hambatan berasal dari anggota kelompok yang tidak aktif dan berpartisipasi maksimal, dan kami harus lebih meningkatkan cara penjualannya”, demikian yang dikatakan Yolanda dan Rahmat Hidayat.

Inilah kutipan diskusi yang dilakukan dalam pelajaran Kewirausahaan di fakultas Ekonomi UNPAB Medan, menurut dosen pembimbingnya, yaitu bapak Efrizal Adil, SE., MA., metode yang dilaksanakannya bukan hanya sekedar teori dan praktek kelas, namun sudah mengadopsi metode belajar sambil berbuat, mahasiswa diminta membentuk kelompok (5-8 orang), kemudian merencanakan siapa saja pelaku pengelolaa usaha ini, dan dilanjutkan berapa besar modal yang harus diperoleh?, kemudian peserta mensepakati berapa besar modal awal untuk membuka usaha, modal kelompok bervariasi ada yang mengharuskan setiap anggota kelompok mengeluarkan modal  5000 rupiah sampai dengan 15.000 rupiah setiap orang, uang yang terkumpul akan dibelikan bahan-bahan untuk memproduksi, termasuk biaya operasional kelompok.

Setiap hari kelompok menjalankan usahanya, dan memiliki target selama masa akhir perkuliah Kewirausahaan kelompok sudah mendapatkan keuntungan diatas 2 juta rupiah, dan modal anggota akan dikembalikan beserta keuntungannya. Pertemuan kelas, pertemua 1 sampai 4 mahasiswa mendapatkan pelajaran bagaimana menghidupkan kretaifitas dan ide bisnis, trik dan tips merupakan awal mula merencanakan bisnis, kemudian pertemuan selanjutnya dilanjutkan dengan praktek bisnis langsung, sehingga mahasiswa belajar bagaimana merencanakan, memimpin, bekerja atas tim dan target, serta mengalami kegagalan serta keberhasilan.

Saat pertemuan kelas akan dilakukan konsultasi dan diskusi bisnis yang dilaksanakan, sehingga kelompok lain mendapatkan masukan dan pelajaran dari kelompok lainnya, dan memungkinkan bagi kelompok untuk merubah strategi dan model pemasarannya. Disini dosen hanya sebagai fasilitator dan konsultan bisnis dari kelompok, demikian yang dikatakan bapak Efrizal Adil, SE., MA. Lebih lanjut beliau mengatakan “model pembelajaran ini baru dicoba di fakultas ekonomi, mudah-mudahan akan ada ide dan model pembelajaran yang lebih baik lagi di UNPAb, khususnya di mata kuliah Kewirausahaan”.

 

Oleh : Sumarni (Anggota UKM Center UNPAB Medan)

Berita Lainnya