menyusui-bentuk-pengasuhan-sejak-dini-_86.jpg

Menyusui, Bentuk Pengasuhan Sejak Dini

KOMPAS.com-Nutrisi yang lengkap adalah sebagian dari keunggulan dan manfaat besar Air Susu Ibu (ASI). Manfaat lain yang tidak kalah besarnya adalah perlekatan antar ibu dan buah hati. Melalui perlekatan inilah anak dan orangtua mulai saling mempelajari emosi serta karakter masing-masing. Pembelajaran karakter sejak dini memudahkan orangtua menerapkan pola pengasuhan yang baik bagi anak saat dia beranjak besar.

“Mungkin bisa dikatakan menyusui adalah proses pengasuhan satu langkah lebih cepat. Hasil interaksi yang diberikan saat proses menyusui tidak bisa ditandingi asupan lainnya,” kata pendidik Najeela Shihab (35) saat dihubungi KOMPAS Health pada Jumat (20/12/2013).

Najeela sendiri menerapkan pemberian ASI hingga 2 tahun pada ketiga anaknya, yaitu Fathi (16), Nishrin (11), dan Nihlah (7). Najeela juga tidak segan membawa anaknya pada setiap kegiatan yang dilakukan, demi bisa memberikan ASI langsung kepada tiga buah hatinya.

Proses menyusui menjadi tahap pertama memahami dan membangun kepercayaan antara ibu dan bayi. Proses yang didukung kerja hormon kasih sayang saat menyusui akan membangun naluri keibuan. Hal inilah yang membantu orangtua mengenal siapa bayinya. Perlahan ibu akan mengetahui saat anaknya kenyang, lapar, hingga seberapa banyak anaknya mengkonsumsi ASI. Ibu juga mengetahui arti tangisan anaknya, apakah minta digendong, sekedar ditemani, atau merasa lapar.

Proses pemberian ASI, kata Najeela, akan memudahkan anak mengenal siapa ibunya. Selanjutnya anak terbiasa dan tidak rewel bila berada dekat ibunya. Anak bahkan sangat sensitif bila yang menggendong bukan ibunya. Proses pemberian ASI juga membantu orangtua untuk realistis.

Dengan segala dinamika, Nejeela mengatakan, tidak mungkin menjadi orangtua yang selalu baik. Ada kalanya situasi sedih, lelah dan kecewa menghampiri. Apa yang dirasakan seorang ibu bukan sesuatu yang tersembunyi walau tak terungkap secara verbal. Emosi ini akan terekspresi dari jenis sentuhan, ekspresi muka, intonasi, dan nada. Seorang Ibu tentunya tahu anak sangat sensitif terhadap apapun yang bersifat non-verbal. Anak sangat cepat menangkap perubahan ekspresi ibu.

Melalui pengenalan ekspresi ini aknak tahu kapan ibunya merasa lelah atau ingin beristirahat. Najeela mengatakan, dirinya tidak sungkan untuk mengatakan butuh waktu untuk mandi, makan, dan hal lainnya sebelum memberikan ASI. Pada akhirnya anak akan mengerti situasi tersebut.

“Pada akhirnya anak dan ibu akan saling mengerti. Tidak hanya ibu yang memperhatikan anak, tapi juga sebaliknya,” tuturnya.

Saling perhatian dan pengertian antara orangtua, khususnya ibu, dan anak akan memudahkan penerapan disiplin. Anak akan mengetahui saat dirinya berbuat kesalahan atau melanggar peraturan yang diterapkan melalui ekspresi ibu. Selanjutnya ibu tidak perlu mengeluarkan omelan atau pukulan untuk mendisiplinkan anak. 

Butuh dukungan dan komitmen

Memberikan ASI, menurut Najeela, bukan sesuatu yang sulit. Namun usaha ini membutuhkan komitmen besar, baik dari ibu, suami, maupun keluarga besar. Melalui dukungan yang diberikan, ibu bisa mempersiapkan proses pemberian ASI dan mencegah berbagai halangan yang mungkin terjadi, misal produksi ASI yang sedikit hingga puting yang terlalu datar.

“Seorang ibu sebaiknya terus terang bila mengalami kesulitan sehingga jalan keluarnya bisa dicari, apalagi pengasuhan di Indonesia tidak hanya dilakukan orangtua tapi melibatkan keluarga besar. Jangan pernah ragu untuk minta bantuan dan ingat selalu memberikan ASI tidak sulit,” kata Najeela.

Berita Lainnya